Selasa, 11 Desember 2012

Kewirausahaan Dan Memulai Bisnis Kecil


Menumbuhkan Semangat Mengembangkan Peluang Wirausaha
Sebagai negara sedang berkembang, Indonesia termasuk masih kekurangan wirausahawan. Hal ini dapat dipahami, kerena kondisi pendidikan di Indonesia masih belum menunjang kebutuhan pembangunan sektor ekonomi. Perhatikan, hampir seluruh sekolah masih didominasi oleh pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran yang konvensional. Mengapa hal itu dapat terjadi? Di satu sisi institusi pendidikan dan masyarakat kurang mendukung pertumbuhan wirausahawan. Di sisi lain, banyak kebijakan pemerintah yang tidak dapat mendorong semangat kerja masyarakat, misalkan kebijakan harga maksimum beras, maupun subsidi yang berlebihan yang tidak mendidik perilaku ekonomi masyarakat.
Sebagian besar pendorong perubahan, inovasi dan kemajuan suatu negara adalah para wirausahawan. Wirausahawan adalah seorang yang menciptakan sebuah bisnis yang berhadapan dengan resiko dan ketidakpastian bertujuan memperoleh profit dan mengalami pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi kesempatan dan memanfaatkan sumber daya yang diperlukan. Dewasa ini banyak kesempatan untuk berwirausaha bagi setiap orang yang jeli melihat peluang bisnis tersebut. Karier kewirausahaan dapat mendukung kesejahteraan masyarakat serta memberikan banyak pilihan barang dan jasa bagi konsumen, baik dalam maupun luar negeri. Meskipun perusahaan raksasa lebih menarik perhatian publik dan sering kali menghiasi berita utama, bisnis kecil tidak kalah penting perannya bagi kehidupan sosial dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Oleh karena itu pemerintah mengharapkan para sarjana yang baru lulus mempunyai kemampuan dan keberanian untuk mendirikan bisnis baru meskipun secara ukuran bisnis termasuk kecil, tetapi membuka kesempatan pekerjaan bagi banyak orang. Pihak perguruan tinggi bertanggung jawab dalam mendidik dan memberikan kemampuan dalam melihat peluang bisnis serta mengelola bisnis tersebut serta memberikan motivasi untuk mempunyai keberanian menghadapi resiko bisnis. Peranan perguruan tinggi dalam memotivasi para sarjananya menjadi young entrepreneurs merupakan bagian dari salah satu faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan. Menurut Thomas Zimmerer dalam bukunya, ada 8 faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan antara lain sebagai berikut :
1. Wirausahawan Sebagai Pahlawan.
Faktor diatas sangat mendorong setiap orang untuk mencoba mempunyai usaha sendiri karena adanya sikap masyarakat bahwa seorang wirausaha dianggap sebagai pahlawan serta sebagai model untuk diikuti. Sehingga status inilah yang mendorong seseorang memulai usaha sendiri.
2. Pendidikan Kewirausahaan.
Pendidikan kewirausahaan sangat populer di banyak akademi dan universitas di Amerika. Banyak mahasiswa semakin takut dengan berkurangnya kesempatan kerja yang tersedia sehingga mendorong untuk belajar kewirausahaan dengan tujuan setelah selesai kuliah dapat membuka usaha sendiri.
3. Faktor ekonomi dan Kependudukan.
Dari segi demografi sebagian besar entrepreneur memulai bisnis antara umur 25 tahun sampai dengan 39 tahun. Hal ini didukung oleh komposisi jumlah penduduk di suatu negara, sebagian besar pada kisaran umur diatas. Lebih lagi, banyak orang menyadari bahwa dalam kewirausahaan tidak ada pembatasan baik dalam hal umur, jenis kelamin, ras, latar belakang ekonomi atau apapun juga dalam mencapai sukses dengan memiliki bisnis sendiri.
4. Pergeseran ke Ekonomi Jasa
Di Amerika pada tahun 2000 sektor jasa menghasilkan 92% pekerjaan dan 85% GDP negara tersebut. Karena sektor jasa relatif rendah investasi awalnya sehingga untuk menjadi populer di kalangan para wirausaha dan mendorong wirausaha untuk mencoba memulai usaha sendiri di bidang jasa.
5. Kemajuan Teknologi.
Dengan bantuan mesin bisnis modern seperti komputer, laptop, notebook, mesin fax, printer laser, printer color, mesin penjawab telpon, seseorang dapat bekerja dirumah seperti layaknya bisnis besar. Pada zaman dulu, tingginya biaya teknologi membuat bisnis kecil tidak mungkin bersaing dengan bisnis besar yang mampu membeli alat-alat tersebut. Sekarang komputer dan alat komunikasi tersebut harganya berada dalam jangkauan bisnis kecil.
6. Gaya Hidup Bebas.
Kewirausahaan sesuai dengan keinginan gaya hidup orang Amerika yang menyukai kebebasan dan kemandirian yaitu ingin bebas memilih tempat mereka tinggal dan jam kerja yang mereka sukai. Meskipun keamanan keuangan tetap merupakan sasaran penting bagi hampir semua wirausahawan, tetapi banyak prioritas lain seperti lebih banyak waktu untuk keluarga dan teman, lebih banyak waktu senggang dan lebih besar kemampuan mengendalikan stress hubungan dengan kerja. Dalam penelitian yang telah dilakukan bahwa 77% orang dewasa yang diteliti, menetapkan penggunaan lebih banyak waktu dengan keluarga dan teman sebagai prioritas pertama. Menghasilkan uang berada pada urutan kelima dan membelanjakan uang untuk membeli barang berada pada urutan terakhir.
7. E-Commerce dan The World-Wide-Web
Perdagangan on-line tumbuh cepat sekali, sehingga menciptakan perdagangan banyak kesempatan bagi wirausahawan berbasis internet atau website. Data menunjukkan bahwa 47% bisnis kecil melakukan akses internet sedangkan 35% sudah mempunyai website sendiri. Faktor ini juga mendorong pertumbuhan wirausahawan di beberapa negara.
8. Peluang Internasional.
Dalam mencari pelanggan, bisnis kecil kini tidak lagi dibatasi dalam ruang lingkup Negara sendiri. Pergeseran dalam ekonomi global yang dramatis telah membuka pintu ke peluang bisnis yang luar biasa bagi para wirausahawan yang bersedia menggapai seluruh dunia. Kejadian dunia seperti runtuhnya tembok Berlin, revolusi di negara-negara baltik UniSoviet dan hilangnya hambatan perdagangan sebagai hasil perjanjian Masyarakat Ekonomi Eropa, telah membuka sebagian besar pasar dunia bagi para wirausahawan. Peluang Internasional akan terus berlanjut dan tumbuh dengan cepat pada abad ke 21.
Faktor yang mendukung pembahasan ini adalah faktor Pendidikan Kewirausahaan. Di luar negeri banyak universitas mempunyai suatu program khusus dalam mempelajari bidang kewirausahaan, sehingga ada suatu embrio young entrepreneur. Peranan perguruan tinggi hanya sekedar menjadi fasilitator dalam memotivasi, mengarahkan dan penyedia sarana prasarana dalam mempersiapkan sarjana yang mempunyai motivasi kuat, keberanian, kemampuan serta karakter pendukung dalam mendirikan bisnis baru.
Profesi wirausaha memerlukan hal-hal sebagai berikut :
· Stamina fisik yang prima, untuk mengantisipasi mobiltas yang tinggi dan harus siapsetiap saat ketika diperlukan.
· Ketahanan mental pada saat menerima tekanan dalam mengelola bisnis (persaingan merebut pasar, pengendalian operasional perusahaan, pengembangan usaha, ketrampilan mengendalikan arus kas, problem SDM, dll).
· Keberanian ketika mengelola risiko dan mengambil keputusan strategis bisnis.
Diharapkan pada rentang usia tersebut di atas sudah mempunyai pengalaman kerja 3 s/d 10 tahun, sehingga sudah memahami garis besar organisasi suatu perusahaan, dan merupakan nilai tambah apabila karyawan sudah menduduki level Managerial.
Rentang usia tersebut juga memudahkan karyawan dalam merubah mindset, yakni dari rasa aman sebagai karyawan, menjadi rasa ingin bebas sebagai wirausaha.
Pada rentang usia tersebut, kondisi comfort zone sebagai karyawan belum begitu dirasakan, karena karyawan masih dalam proses meniti jenjang karir, namun mulai merasakan bosandengan rutinitas tugas dan beragam kondisi non teknis lainnya (senioritas karyawan, unsurlike dislike dari atasan langsung, persaingan dengan sesama karyawan, karir mentok, dll).
Kondisi alinea di atas relatif akan gampang memacu keyakinan / semangat baru untukberubah (agar lebih baik kesejahteraannya), serta siap dan tidak takut menghadapi risikoyang akan diterima.
Langkah berikutnya setelah menyiapkan mental pribadi, tiba saatnya untuk action memulai bisnis dari skala kecil.
Mengapa memulai bisnis dari skala kecil, meskipun anda mempunyai dana modal kerja yang cukup besar ?
Ada beberapa hal yang perlu dipahami, khususnya bagi yang baru pertama kali terjun ke dunia bisnis :
Banyak aspek bisnis yang bertolak belakang dengan aspek kekaryawanan, terlebih pada sisitanggung jawab dan risiko.
Cakupan ketrampilan management beberapa bidang yang harus dipahami (marketing, operasional, finansial dan SDM)
Memiliki karakter leadership dan seabreg kriteria lainnya yang harus dilatih dan dipahami.
Dengan memulai dari skala kecil, apabila terjadi risiko bisnis (baca : kerugian, kegagalan) dapat “terukur”, yakni sebesar modal kerja berupa uang (misal Rp 1.000.000,-) yang diinvestasikan dalam perusahaan.
Pilihlah bidang bisnis yang berkaitan dengan kesenangan / hobi anda, sehingga hati selalu senang dan selalu semangat ketika menjalankan bisnis, karena pada saat menjalankan bisnis akan mengalami hambatan yang berbeda-beda.
Beberapa hambatan yang sering dialami pada fase start up antara lain :
Marketing :
Meningkatkan jumlah penjualan produk/jasa, menambah jumlah pelanggan loyal, menghadapi complain pelanggan, dll
Operasional :
Mengatur jumlah stock/persediaan produk pada titik yang ekonomis, mengatur pasokan produk dari vendor agar tepat waktu dan kontinyu, mengatur skejul pengiriman produk/jasa kepada pelanggan, dll.
Finansial :
Menjaga arus kas selalu positif, menjaga komitmen pembayaran tepat waktu kepada vendor, mengelola biaya operasional agar efisien, menjalin network dan mampu mendapatkan sumber pembiayaan modal kerja yang ekonomis.
SDM :
SDM merupakan problem pelik dalam mengelola bisnis, karena yang dihadapi adalah manusia dengan aneka karakternya, sehingga solusinyapun kasus per kasus.
Semoga anda akan arif dan bijak dalam menyelesaikan masalah SDM, karena problem tersebut bisa jadi seperti yang anda alami saat ini sebagai karyawan (gaji kecil dan tidak naik-naik, bosan dengan rutinas tugas kantor, karir mentok, harus lembur di hari libur, dll)
Well.. setiap hambatan bisnis pasti ada solusinya, jadi mulailah belajar segala hal dalam proses bisnis ini, terlebih dalam hal mengelola waktu dengan efisien dan efektif, karena andaberprofesi ganda sebagai karyawan dan wirausaha.
Tentukan waktu definitif saat anda ingin resign sebagai karyawan dan full sebagai wirausaha (misal : 3-5 tahun lagi dari tahun 2011, atau pada saat anda berusia 35-38 tahun)
Mulai membangun network / jejaring dengan lingkungan bisnis (misal : pemasok produk / jasa, pengusaha di lingkungan anda, asosiasi bisnis, komunitas bisnis, dll)
Saran saya, berhentilah sejenak pada saat kerugian bisnis sudah mencapai Rp 1.000.000,- kemudian dibuat analisa penyebab kerugian bisnis yang utama.
Jangan sungkan untuk minta pendapat/advis (sebagai second opinion) dari rekan/famili yang berprofesi wirausaha atas kerugian yang dialami.
Setelah memahami penyebab kerugian/kegagalan bisnis pertama dan mengetahui solusinya, bersiaplah untuk memulai bisnis kedua.
Bisnis kedua masih dengan modal kerja yang minimalis, misal Rp 1.000.000,- dan di bidang yang sama dengan bisnis yang pertama (kecuali kalau bidang bisnis pertama tersebut memangtidak layak lagi untuk dilanjutkan)
Perbedaanya adalah, bisnis kedua akan dikelola dengan ketrampilan bisnis anda yang lebih ciamik, karena anda sudah lulus melewati ujian pertama sebagai wirausaha, yakni sudah berani“action” (bukan wacana lagi.. hehehe..) dan berani “mengambil risiko bisnis” yang terukur (mengalami kerugian), serta “bangkit lagi” dari keterpurukan (memulai bisnis kedua).
Pada titik ini anda sudah pada posisi “on the right track” sebagai wirausaha, yakni “proses bangkit lagi” setelah mengalami kegagalan bisnis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar